Minggu, 07 Juni 2015

EVALUASI PENGAJARAN DAUR ULANG KALENG SUSU DAN BOTOL BEKAS PADA ANAK – ANAK

EVALUASI PENGAJARAN DAUR ULANG KALENG SUSU DAN BOTOL BEKAS PADA ANAK – ANAK

Nama kelompok
1.        Devira Fadiyah (13-031)
2.      Yessica (13-101)
3.      Hanna Chairunnisa Lubis (13-105)
4.     Ester Rheyn Judika S (13-109)
5.        Reza Al Faridz (13-113)
Evaluasi :
1.   Penulisan huruf kapital pada awal kata bulan (April), sudah diperbaiki

2.  Alat dan bahan, alat dan bahan yang dianggap terlalu berbahaya jika digunakan oleh anak seorang diri, maka dari itu perlu diberitahukan kepada anak mengenai harus adanya pengawasan orang tua jika akan melakukan kegiatan tersebut.

3.    Penggunaan tisu yang berlebih maka itu tidak sama dengan konsep daur ulang, maka dari itu diberi penambahan pengetahuan kepada anak mengenai barang – barang lain yang bisa digunakan untuk melakukan kegiatan tersebut, contohnya koran bekas dapat menjadi pengganti tisu.

Rabu, 27 Mei 2015

EVALUASI PERFORMA KELOMPOK 7 DALAM PENDEKATAN PEMUSATAN MASALAH



KELOMPOK 7
Dewi Sitepu (13-097)
Yessica (13-101)

1. TEORI PEMUSATAN MASALAH DIKAITKAN DENGAN PERFORMA KELOMPOK
Dalam kurikulum yang berpusat pada masalah, pengalaman belajar pada kehidupan peserta sehari-hari akan mempunyai manfaat secara langsung. Tetapi penggunaan metode ini akan kurang efektif jika tidak didorong peserta didik untuk dilibatkan pada masalahnya secara langsung. Dalam pendekatan pemusatan masalah, diskusi kelompok dan berpikir sangat penting. Pada diskusi kelompok, peserta akan aktif dan memiliki keterlibatan dalam proses pembelajaran. 
Berdasarakan teori dalam pendekatan pemusatan masalah, kelompok mencoba untuk mengangkat topik yang bisa dilihat dan dialami dalam kehidupan sehari-hari, contohnya perilaku-perilaku tentang kesetaraan gender. Permasalahan dalam gender sangat luas dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam lingkungan pendidikan, kerja, dan sosial. Kelompok akan mempersempit permasalahan tentang kesetaraan gender menjadi permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sosial.kelompok memberikan pengantar dalam bentuk video tentang kesetaraan gender dan memberikan penjelasan singkat mengenai gender sehingga peserta bisa memiliki gambaran masalah apa yang sebenarnya yang ingin dibahas. Seperti yang dikatakan pada paragraf sebelumnya, diskusi kelompok dan berpikir pada setiap peserta didik sangat penting. Dalam performa kelompok, peserta memiliki kesempatan untuk berada dalam satu kelompok dan membahas mengenai kesetaraan gender.
2. KONSEP PERFORMA KELOMPOK 7
Konsep peforma dari kelompok 7 menerapkan metode diskusi secara berkelompok dan memberikan penjelasan singkat sebelumnya. Seperti yang dijelaskan pada teori pendekatan pemusatan masalah, hal yang terpenting adalah terlibatnya peserta didik dalam proses pembelajaran. Metode diskusi adalah salah satu cara yang bisa digunakan sebagai media agar peserta didik bisa turut aktif dalam pembelajaran. Pembuatan peserta didik dalam satu kelompok bisa membantu peserta untuk memiliki pengetahuan yang baru dari peserta didik yang lain atau juga bisa memberikan dan menginspirasi peserta didik lainnya. Penjelasan singkat yang diberikan akan menambah pengetahuan peserta didik dan memberikan landasan teorinya sehingga peserta didik tidak berdiri melalui asumsi-asumsi sendiri.
3. TANTANGAN YANG DIHADAPI KELOMPOK
Waktu
sulit mengatur jadwal pertemuan untuk mendiskusikan hal hal yang berkaitan dengan tugas. susah membatasi waktu dalam presentasi mengingat durasi nya sudah di tentukan.
Topik
kelompok kebingungan di dalam menentukan topik dan membutuhkan waktu yang lama untuk memutuskan topik apa yang akan di pakai.
Proses pelaksanaan
kelompok  berusaha mencairkan suasana mengingat ada nya peserta yang masih pasif. Kelompok juga berusaha membuat ice breaker untuk mengumpulkan perhatian audienc yang terkadang kurang memperhatikan.
Pembagian kelompok audience
kelompok  sempat mengalami kebingungan ketika ingin membagi peserta ke dalam beberapa kelompok, apakah di bagi di awal , pertengahan atau di akhir. Tetapi setelah di lakukan diskusi, kelompok akhirnya memutuskan mebagi kelompok di pertengahan acara.

4. KENDALA YANG DIHADAPI KELOMPOK

Waktu
Waktu yang digunakan dalam performa sudah cukup bahkan lebih, sehingga untuk menutupi kelebihan waktu, kelompok berinisiatif untuk menyisipkan ice breaking sebelum masuk pada sesi pembahasan hasil diskusi. 

Proses pelaksanaan
Proses pelaksanaan berjalan dengan baik walaupun ada sedikit hambatan pada masalah teknis seperti microphone yang sedikit bermasalah, dan beberapa kelompok ada yg kurang kondusif ketika berdiskusi didalam kelompok mereka, bahkan ada yg kelihatannya sosial loafing.

Performa
Performa yg dilakukan cukup baik, pembagian tugas sudah mulai merata. Video yang ditampilkan menarik dan berhubungan dngan materi walaupun ada satu video yang kurang berhubungan dengan materi. Tetapi ada sedikit kendala pada pembahasan, karna video tidak dibahas satu per satu, video hanya dibahas secara keseluruhan. Ice breaking yang diberikan dapat diikitu oleh semua audiance, tetapi pada ice breaking yang kedua audience terlihat kurang dapat mengikuti.

Pembagian kelompok
Ada kelompok yang terlalu besar karena gabungan dari tiga kelompk andragogi. Hal ini menjadi menyebabkan ketidakseimbangan antarkelompok dalam berdiskusi.
5. PROSES SELAMA PERFORMA BERLANGSUNG
Sebelum proses pembelajaran dimulai, kelompok memberikan ice breaking sehingga suasana kelas lebih rileks. Ice breaking dipandu oleh Dewi Sitepu dan diperagakan oleh seluruh anggota kelompok. Untuk setiap peserta yang mengaku salah menirukan gerakan akan diminta untuk maju kedepan. Saat itu yang mengaku salah ada Firman, Arifa, dan Agita. Mereka diminta untuk memberikan satu kata dan satu kalimat mengenai gender. Setelah mereka selesai memberikan pendapat mereka, kelompok memberikan reward. Setelah ice breaking selesai, kelompok melanjutkan memberikan materi dalam bentuk slide mengenai penjelasan singkat tentang gender. Setelah penjelasan singkat mengenai gender, pembelajaran dilanjutkan dengan menampilkan 3 video mengenai gender. Videonya berisi bagaimana jika perempuan dan laki-laki bertengkar di tempat umum, ada yang mengenai bagaimana jika perempuan dan laki-laki ditukar, dan bagaimana jika di dalam kendaraan umum laki-laki tidak sengaja menyentuh wanita. Penampilan video tersebut memakan waktu sekitar 11-12 menit dan pembelajaran dilanjutkan dengan sesi diskusi dimana kelompok membagi setiap anggota kedalam satu kelompok baru. Kelompok memberikan tiga buah pertanyaan yang akan dibahas dalam kelompok. Waktu diskusi diberikan sekitar 15 menit untuk membahas tiga pertanyaan tersebut. Setelah waktu diskusi selesai, setiap anggota kelompok akan menunjuk satu perwakilan untuk mempaparkan hasil diskusi mereka. Setelah semua kelompok selesai memaparkan semuanya, kelompok akan menuju pada kesimpulan pembahasan mengenai kesetaraan gender sebagai penutup pembelajaran pada pertemuan tersebut.
6. KRITIK DAN SARAN
·         Sinta Meilastry
Sinta memberikan kritik mengenai pemberian reward pada saat ice breaking yang dirasa kurang tepat karena memberikan pada mereka yang salah
·         Muhammad Yusuf Lubis
Peran setiap gender memang berbeda dan memang tidak bisa benar-benar disetarakan karena pada dasarnya perannya sudah berbeda. Tetapi kelompok malah mengatakan bahwa kesetaraan gender itu benar. Kenapa kelompok mengatakan kesetaraan gender itu benar.
·         Arifa
Arifa memberikan kritik tentang pembahasan kesetaraan dalam konteks sosial, tapi tadi ada dibahas tentang kesetaraan gender dalam konteks pekerjaan
·      Kak Fasti Rola
Kak Fasti Rola memberikan kritik sebagai berikut
1.      Sebaiknya saat mempresentasikan video 1,2,3 ditayangkan satu per satu. Tiap 1 video selesai diberikan penjelasan dan ditanya tanggapan. sampai video ke 3. Kemudian masuk ke penjelasan tentang gender.
2.      Karena setiap orang memiliki persepsi dan pemahaman yang berbeda-beda, jadi kelompok juga sebaiknya meminta pendapat dari audiens.

7. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan :
-icebreaking nya menarik
-video nya menarik
-dapat belajar dari pengalaman masa lalu
-pembagian tugas dari kelompok merata
-audiens nya aktif
Kekurangan :
Audiens dibuat berkelompok

8. PEMBAGIAN TUGAS DALAM KELOMPOK
v  Dewi Sitepu sebagai moderator
v  Yessica sebagai moderator
v  Sarah G. Juliani sebagai pemateri
v  Ester Rheyn Judika S sebagai notulen
v  Pesta Ria Tambun sebagai dokumenter

9. TAKSASI DANA
1. Reward : Rp. 10.000
TOTAL : Rp. 10.000

EVALUASI PERFORMA KELOMPOK 7 DALAM PENDEKATAN PEMUSATAN MASALAH



KELOMPOK 7
Sarah G. Juliana (13-087)
Dewi Sitepu (13-097)
Yessica (13-101)
Pesta Ria Tambun (13-114)
1. TEORI PEMUSATAN MASALAH DIKAITKAN DENGAN PERFORMA KELOMPOK
Dalam kurikulum yang berpusat pada masalah, pengalaman belajar pada kehidupan peserta sehari-hari akan mempunyai manfaat secara langsung. Tetapi penggunaan metode ini akan kurang efektif jika tidak didorong peserta didik untuk dilibatkan pada masalahnya secara langsung. Dalam pendekatan pemusatan masalah, diskusi kelompok dan berpikir sangat penting. Pada diskusi kelompok, peserta akan aktif dan memiliki keterlibatan dalam proses pembelajaran. 
Berdasarakan teori dalam pendekatan pemusatan masalah, kelompok mencoba untuk mengangkat topik yang bisa dilihat dan dialami dalam kehidupan sehari-hari, contohnya perilaku-perilaku tentang kesetaraan gender. Permasalahan dalam gender sangat luas dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam lingkungan pendidikan, kerja, dan sosial. Kelompok akan mempersempit permasalahan tentang kesetaraan gender menjadi permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sosial.kelompok memberikan pengantar dalam bentuk video tentang kesetaraan gender dan memberikan penjelasan singkat mengenai gender sehingga peserta bisa memiliki gambaran masalah apa yang sebenarnya yang ingin dibahas. Seperti yang dikatakan pada paragraf sebelumnya, diskusi kelompok dan berpikir pada setiap peserta didik sangat penting. Dalam performa kelompok, peserta memiliki kesempatan untuk berada dalam satu kelompok dan membahas mengenai kesetaraan gender.
2. KONSEP PERFORMA KELOMPOK 7
Konsep peforma dari kelompok 7 menerapkan metode diskusi secara berkelompok dan memberikan penjelasan singkat sebelumnya. Seperti yang dijelaskan pada teori pendekatan pemusatan masalah, hal yang terpenting adalah terlibatnya peserta didik dalam proses pembelajaran. Metode diskusi adalah salah satu cara yang bisa digunakan sebagai media agar peserta didik bisa turut aktif dalam pembelajaran. Pembuatan peserta didik dalam satu kelompok bisa membantu peserta untuk memiliki pengetahuan yang baru dari peserta didik yang lain atau juga bisa memberikan dan menginspirasi peserta didik lainnya. Penjelasan singkat yang diberikan akan menambah pengetahuan peserta didik dan memberikan landasan teorinya sehingga peserta didik tidak berdiri melalui asumsi-asumsi sendiri.
3. TANTANGAN YANG DIHADAPI KELOMPOK
Waktu
sulit mengatur jadwal pertemuan untuk mendiskusikan hal hal yang berkaitan dengan tugas. susah membatasi waktu dalam presentasi mengingat durasi nya sudah di tentukan.
Topik
kelompok kebingungan di dalam menentukan topik dan membutuhkan waktu yang lama untuk memutuskan topik apa yang akan di pakai.
Proses pelaksanaan
kelompok  berusaha mencairkan suasana mengingat ada nya peserta yang masih pasif. Kelompok juga berusaha membuat ice breaker untuk mengumpulkan perhatian audienc yang terkadang kurang memperhatikan.
Pembagian kelompok audience
kelompok  sempat mengalami kebingungan ketika ingin membagi peserta ke dalam beberapa kelompok, apakah di bagi di awal , pertengahan atau di akhir. Tetapi setelah di lakukan diskusi, kelompok akhirnya memutuskan mebagi kelompok di pertengahan acara.

4. KENDALA YANG DIHADAPI KELOMPOK

Waktu
Waktu yang digunakan dalam performa sudah cukup bahkan lebih, sehingga untuk menutupi kelebihan waktu, kelompok berinisiatif untuk menyisipkan ice breaking sebelum masuk pada sesi pembahasan hasil diskusi. 

Proses pelaksanaan
Proses pelaksanaan berjalan dengan baik walaupun ada sedikit hambatan pada masalah teknis seperti microphone yang sedikit bermasalah, dan beberapa kelompok ada yg kurang kondusif ketika berdiskusi didalam kelompok mereka, bahkan ada yg kelihatannya sosial loafing.

Performa
Performa yg dilakukan cukup baik, pembagian tugas sudah mulai merata. Video yang ditampilkan menarik dan berhubungan dngan materi walaupun ada satu video yang kurang berhubungan dengan materi. Tetapi ada sedikit kendala pada pembahasan, karna video tidak dibahas satu per satu, video hanya dibahas secara keseluruhan. Ice breaking yang diberikan dapat diikitu oleh semua audiance, tetapi pada ice breaking yang kedua audience terlihat kurang dapat mengikuti.

Pembagian kelompok
Ada kelompok yang terlalu besar karena gabungan dari tiga kelompk andragogi. Hal ini menjadi menyebabkan ketidakseimbangan antarkelompok dalam berdiskusi.
5. PROSES SELAMA PERFORMA BERLANGSUNG
Sebelum proses pembelajaran dimulai, kelompok memberikan ice breaking sehingga suasana kelas lebih rileks. Ice breaking dipandu oleh Dewi Sitepu dan diperagakan oleh seluruh anggota kelompok. Untuk setiap peserta yang mengaku salah menirukan gerakan akan diminta untuk maju kedepan. Saat itu yang mengaku salah ada Firman, Arifa, dan Agita. Mereka diminta untuk memberikan satu kata dan satu kalimat mengenai gender. Setelah mereka selesai memberikan pendapat mereka, kelompok memberikan reward. Setelah ice breaking selesai, kelompok melanjutkan memberikan materi dalam bentuk slide mengenai penjelasan singkat tentang gender. Setelah penjelasan singkat mengenai gender, pembelajaran dilanjutkan dengan menampilkan 3 video mengenai gender. Videonya berisi bagaimana jika perempuan dan laki-laki bertengkar di tempat umum, ada yang mengenai bagaimana jika perempuan dan laki-laki ditukar, dan bagaimana jika di dalam kendaraan umum laki-laki tidak sengaja menyentuh wanita. Penampilan video tersebut memakan waktu sekitar 11-12 menit dan pembelajaran dilanjutkan dengan sesi diskusi dimana kelompok membagi setiap anggota kedalam satu kelompok baru. Kelompok memberikan tiga buah pertanyaan yang akan dibahas dalam kelompok. Waktu diskusi diberikan sekitar 15 menit untuk membahas tiga pertanyaan tersebut. Setelah waktu diskusi selesai, setiap anggota kelompok akan menunjuk satu perwakilan untuk mempaparkan hasil diskusi mereka. Setelah semua kelompok selesai memaparkan semuanya, kelompok akan menuju pada kesimpulan pembahasan mengenai kesetaraan gender sebagai penutup pembelajaran pada pertemuan tersebut.
6. KRITIK DAN SARAN
·         Sinta Meilastry
Sinta memberikan kritik mengenai pemberian reward pada saat ice breaking yang dirasa kurang tepat karena memberikan pada mereka yang salah
·         Muhammad Yusuf Lubis
Peran setiap gender memang berbeda dan memang tidak bisa benar-benar disetarakan karena pada dasarnya perannya sudah berbeda. Tetapi kelompok malah mengatakan bahwa kesetaraan gender itu benar. Kenapa kelompok mengatakan kesetaraan gender itu benar.
·         Arifa
Arifa memberikan kritik tentang pembahasan kesetaraan dalam konteks sosial, tapi tadi ada dibahas tentang kesetaraan gender dalam konteks pekerjaan
·      Kak Fasti Rola
Kak Fasti Rola memberikan kritik sebagai berikut
1.      Sebaiknya saat mempresentasikan video 1,2,3 ditayangkan satu per satu. Tiap 1 video selesai diberikan penjelasan dan ditanya tanggapan. sampai video ke 3. Kemudian masuk ke penjelasan tentang gender.
2.      Karena setiap orang memiliki persepsi dan pemahaman yang berbeda-beda, jadi kelompok juga sebaiknya meminta pendapat dari audiens.

7. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan :
-icebreaking nya menarik
-video nya menarik
-dapat belajar dari pengalaman masa lalu
-pembagian tugas dari kelompok merata
-audiens nya aktif
Kekurangan :
Audiens dibuat berkelompok

8. PEMBAGIAN TUGAS DALAM KELOMPOK
v  Dewi Sitepu sebagai moderator
v  Yessica sebagai moderator
v  Sarah G. Juliana sebagai pemateri
v  Ester Rheyn Judika S sebagai notulen
v  Pesta Ria Tambun sebagai dokumenter

9. TAKSASI DANA
1. Reward : Rp. 10.000
TOTAL : Rp. 10.000

Minggu, 26 April 2015

PENGAJARAN DAUR ULANG KALENG SUSU DAN BOTOL BEKAS PADA ANAK-ANAK



Nama Kelompok
1. Devira Fadiyah R (13-031)
2. Yessica (13-101)
3. Hanna Chairunnisa L (13-105)
5. Reza Al Faridz (13-113)

A.    OBSERVASI
Observasi pertama dilakukan pada tanggal 17 April 2015 pada jam 4 sore. Kami memulai pelaksanaan tugas dengan mencari anak dengan umur sekitar 6-10 tahun yang rumahnya berdekatan. Setelah anak-anak terkumpul, kami mulai pengajaran dengan berkenalan satu sama lain dan memperkenalkan diri kami. Kami memberitah tentang apa yang akan kami ajarkan hari ini. Saat kami mengatakan hari ini kami akan mengajarkan membuat tempat pensil dari kaleng susu bekas, mereka terlihat bingung. Beberapa dari mereka saling melihat satu sama lain. anak-anak terlihat antusias saat memilih kertas tisu yang akan digunakan, menggunting kertas tisu untuk membuat pola tempat pensil. Salah satu anak ada yang menjadi sangat kompetitif dalam pengerjaan dan ada juga yang merasa bahwa membuat tempat pensil tidak cocok untuk dikerjakan oleh laki-laki. Namun, pada akhirnya, mereka merasa puas dengan pengerjaan tempat pensil mereka karena itu merupakan hasil tangan mereka sendiri. Hari kedua, anak-anak terlihat tertarik saat mendaur ulang botol bekas menjadi pot bunga. Mereka semakin tertarik bahwa mereka akan mengecat sendiri pot bunga mereka. Pertamanya mereka terlihat berhati-hati saat mengerjakannya karena takut kotor, tetapi lama kelamaan mereka terlihat lebih santai dan mengerjakannya dengan penuh semangat. Mereka mencampur warna lain sehingga mendapatkan warna-warna baru. Saat waktunya sudah mau habis, mereka tidak mau berhenti. Pada akhirnya, kami menghitung sampai 10 dan mereka berhenti mewarnai. Mereka terlihat puas dengan pot bunganya. Mereka tersenyum dan saat menunggu kering mereka tidak sabar. Mereka menunggu di dekat pot mereka. Saat pot mereka sudah selesai, mereka terlihat senang.
B.     PERENCANAAN
1.      Landasan Teori
Para pakar sering mengatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Dengan main anak akan belajar, artinya anak yang belajar adalah anak yang bermain, dan anak yang bermain adalah anak yang belajar. Bermain dillakukan anank – anak dalam berbagai bentuk saat sedang melakukan aktivitas,mereka bermain sambil berjalan berlari, mandi, menggali tanah, memanjat, melompat, bernyanyi, menyusun balok menggambar, dan lain sebagainya. Kami berusaha memahami konsep belajar sambil bermain dengan konsep pedagogi praktis. Seperti yang diketahui pedagogipraktis tidak hanya mengetahui apa yang dituliskan di teori saja tetapi dengan mengaplikasikannya dengan cara melakukan kegiatan bermain sambil belajar seperti ini yang akan meningkatkan kreativitas maupun perkembangan motorik anak.  Dalam hal pengaplikasian proses pembelajaran ini tentu saja dibutuhkan seorang pendidik, kami disini berlaku sebagai pendidik anak – anak ini dalam proses bermain sambil belajar. Peran kami tidak jauh berbeda dengan para guru pada umumnya. Maka kami berusaha untuk mampu menjadi guru yang baik.
Adapun ciri – ciri guru yang baik antara lain :
·         Hormat, jujur, kasih sayang sabar, ikhlas, disiplin, bertanggung jawab, rajin berpikir postif, ramah, rendah hati
·         Memiliki kesadaran akan tujuan
·         Excellent
·         Mempunyai kemampuan bekerja dalam tim
·         Mampu membuat anak mencintai belajar

Konsep pembelajaran tentu mempunyai tujuan yang jelas. Kali ini dalam konsep kami belajar sambil bermain tujuan kami adalah meningkatkan kreativitas anak, meningkatkan perkembangan motorik halus, dan meningkatkan kemampuan bersosial.
Mengembangkan motorik halus melibatkan otot –otot halus yang mengendalikan tangan dan kaki. Disini dapat dilihat bahwa dengan mengecat dan membuat tempat pensil sangat membantu anak – anak dalam meningkatkan kemampuan otot halus mereka.  Kemudian dengan memberikan kebebasan mereka dalam mengecat maupun membuat tempat pensil akan memunculkan imajinasi imajinasi mereka yang dapat meningkatkan kreatifitas mereka. Dan bermain sambil belajar bersama teman – teman tentu akan meningkatkan  kemampuan bersosialisasi mereka.

2.      Lokasi
Komp. Pemda Jalan Kenanga No. 5 Tanjung Sari Medan 20132
3.      Waktu
Pertemuan pertama
Hari : Jumat, 17 April 2015
Jam : 16.00 WIB – 17.30 WIB
Pertemua kedua
Hari : Sabtu, 18 April 2015
Jam : 14.00-16.00
4.      Rencana Kegiatan
Jumat, 17 April 2015
16.00-16.10: Perkenalan, persiapan untuk memulai pengerjaan tempat pensil, dan briefing singkat
16.10-17.20: Pengerjaan tempat pensil dari kaleng bekas
17.20-17.30: Pemberian reward dan perpisahan
Sabtu, 18 April 2015
14.00-14.10: Persiapaan pembuatan pot bunga dari botol bekas
14.10- 15.50: Pengerjaan pot bunga dari botol bekas
15.50-16.00: pemberian reward dan perpisahan
C. PELAKSANAAN
Pertama, kami mencari anak – anak dengan kriteria yang dibutuhkan (anak- anak berusia 6 – 9 tahun sekitar 4 – 5 orang). Kemudian kami memberitahu mengenai kegiatan yang akan kami lakukan dengan orangtua mereka dan meminta izin kesediaan anak –anaknya untuk mengikuti kegiatan kami. Setelah mendapat izin kami akan membawa anak – anak ke rumah salah satu anggota kelompok kami yaitu Hanna Chairunnisa L yang alamatnya sudah tertera diatas.
Kami melakukan kegiatan mendaur ulang barang – baranf bekas tersebut selama dua hari. Hari pertama untuk membuat tempat pensil dari kaleng bekas dan hari kedua membuat pot dari botol plastik bekas. Kegiatan pertama kami adalah perkenalan, lalu dilanjutkan dengan memberi informasi mengenai lingkungan, kemudian langsung mengerjakan kegiatan yang dimaksud, dan terakhir penutup. Hari kedua pertama akan diberi penjelasan singkat tentang masalah sampah lalu dilanjutkan dengan pendauran ulangan botol bekas.
Dalam sesi perkenalan kami akan memberi tahu nama nama anggota kami agar mereka dapat memanggil kami dengan akrab, kemudian kami akan memberi mereka informasi mengenai lingkungan, bagaimana lingkungan yang bersih, bagaimana lingkungan yang kotor, bahaya lingkungan yang kotor dan cara pencegahan lingkungan yang kotor salah satunya adalah melakukan daur ulang. Kemudian akan dilanjutkan dengan pembuatan barang daur ulang, pelaksanaan akan terlampir. Dan terakhir penutup acara adalah dengan memilih barang manayang paling unik dan memberikan reward kepada anak – anak karena telah berpartisipasi dalam kegiatan yang kami adakan.

Cara Membuat :
Tempat pensil dari kaleng susu bekas
1.      Gunting kertas tisu menjadi 4 bagian dengan ukuran persegi panjang kemudian gulung kertas tisu dengan cara memuntirnya / memilinnya dengan jari dari ujung kertas sampai ujung lainnya.
2.      Lakukan hal demikian secara terus menerus sampai gulungan kertas yang digunakan cukup untuk menutupi kaleng bekas
3.      Sebelum gulungan kertas ditempel, kaleng bekas harus di tempel tisu untuk menjadi alasnya
4.      Kemudian tempel gulungan kertas tisu tersebut
5.      Tempel kertas tisu beda waena pada pinggir atas dan bawah kaleng agar tampak lebih menarik
6.      Kemudian kita membuat hiasan bunga, dengan cara membuat gulungan – gulungan tisu warna kecil dan beda – beda warnadan membuat pola seperti bunga. Buat bunga secukupnya
7.      Kemudian tempel bunga pada kaleng
8.      Agar tempat pensil lebih tahan lam, kita dapat memberi perni.
9.      Tempat pensil siap digunakan
Pot dari botol plastik bekas
1.      potong botol plastik agak miring menjadi setengah botol
2.      pada pinggiran botol buat lubang kecil dengan menggunakan cutter
untuk dibolongin pada kedua sisi yang berhadapan
3.      lalu siapkan cat dengan pilihan warna apapun,kuas dan koran bekas
sebagai alasnya
4.      mulailah dengan mengecat bagian dalam botol terlebih dahulu lalu
dengan memakai sarung tangan plastik dan beralaskan koran
5.      setelah bagian dalam botol,dilanjutkan dengan mengecat bagian luar botol
6.      tunggu sampai cat pada botol kering setelah itu isi botol dengan
tanah dan bibit yang telah disiapkan
7.      pada akhirnya,buat tali rajut pada masing-masing lubang agar pot bisa
digantung dimanapun,misal di batang pohon
8.      selesai

D.    LAPORAN KEGIATAN
          Hasil yang kami terima sebagai pendidik khususnya terhadap pengajaran yang kami berikan sangat positif. Positif dalam artian, kami sebagai pendidik merasa bangga, puas dan berhasil untuk bisa mendidik anak-anak dengan berbasis pembelajaran paedagogi. Dengan melihat para peserta yang sangat senang dan tertarik dengan apa yang kami ajarkan kepada mereka, diujung waktu kami memberikan mereka beberapa reward sebagai tanda terima kasih kami kepada semua peserta dan reward juga bukan sekedar hal yang terlalu menjadi fokus utama, Karena misi kami disini adalah bagaimana kami para pendidik bisa memberikan pengajaran dimulai dari hal yang kecil selayaknya orang dewasa yang bertanggung jawab. Lalu kami juga ingin melihat bagaimana respon anak-anak yang kami ajarkan dalam proses yang kami berikan, dimulai dari pemahamannya, keaktifannya, dan cara mereka untuk mengungkapkan aspirasi mereka jika mereka merasa kurang puas atas hasil yang mereka dapatkan.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung, kami melihat semua peserta sangat merasa tertarik dan senang atas pembelajaran yang diberikan. Walaupun pada awalnya khususnya hari pertama mereka masih terlihat malu dan canggung karena baru mengenal kami, tetapi seiring dengan berjalannya waktu mereka sangat menikmati setiap perjalanan program dan sangat antusias ketika kami akan melanjutkan kepada pembelajaran yang selanjutnya. Dari awal pembelajaran, kami tidak menuntut agar anak bisa sempurna dalam pembuatan barang-barang yang kami ajarkan, tetapi sejauh kami melihat perkembangan mereka saat proses pembelajaran, mereka sangat bisa menguasai setiap program yang kami buat walaupun tidak sepenuhnya sempurna tetapi mereka bisa mengikuti petunjuk dan arahan yang kami berikan. Disamping itu juga, kami melihat anak-anak bisa bereksplorasi dan masing-masing dapat mengembangkan kreatifitasnya melalui pemilihan warna yang beragam, hiasan, dan cara mereka untuk melalukan tugas tersebut. Pada kesempatan berikutnya khususnya hari kedua, para peserta juga memperlihatkan semangat mereka dan siap untuk menerima pembelajaran yang selanjutnya. Seperti pada pembuatan pot bunga, mereka sangat aktif dan kreatif dalam menjalani tugas tersebut mulai dari pemilihan catnya sampai memberikan warna pada tempat pot tersebut, mereka sangat teliti dan ketika pengerjaan berlangsung tidak ada keonaran ataupun keributan yang terjadi karena dari mereka semua sangat teliti dan berkonsentrasi.
Kami sebagai pendidik bisa memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam pembelajaran, dan berharap untuk bagi semua pendidik dapat memberikan pembelajaran yang tepat bagi anak-anak yang mempunyai bakat ataupun bagi anak-anak yang mempunyai kekurangan dan bisa memberikan pengajaran yang terbaik bagi peserta didik. Karena para peserta didik hanya bisa mengikuti pendidik dalam mempelajari sesuatu dan menerapkannya dalam kehidupan mereka, jadi kita sebagai pendidik tidak boleh asal dalam memberikan pengajaran karena hal ini akan membawa peserta didik kepada masa yang akan datang.
E.     DOKUMENTASI


F.      TESTIMONI 
Kegiatan eco learning dengan bermain sambil belajar kreatifitas ini menarik buat anak-anak. Kami mengalami sedikit perdebatan saat menentukan topiknya dan apa kegiatan yang akan kami lakukan dan sepakat untuk memilih topik eco learning. Dan kegiatannya adalah dengan mengajarkan cara membuat pot bunga dan menghiasnya, kemudian membuat kotak pensil dan menghiasnya dan bisa dibuat di meja belajar. Saat perencanaan kami juga sedikit mengalami kesulitan untuk menentukan siapa anak-anak yang akan kami ajak, awalnya kami berniat untuk melakukan di sekolahan tetapi akhirnya kami sepakat akan melakukan dengan anak-anak tetangga salah satu anggota kelompok kami. Kami juga mengalami sedikit kesulitan untuk menyamakan jadwalnya karena anak-anak punya kegiatan berbeda, ada yang les hingga sore. Dan akhirnya kami mendapatkan jadwal yang kami semuanya bisa. Saat proses pelaksanaan kami tidak mengalami kesulitan yang cukup berarti. Saat pelaksanaan banyak hal-hal yang menyenangkan karena anak-anak tertarik untuk melakukan kegiatan tersebut. Anak-anak juga sering bertanya kalau tidak mengerti dan meminta bantuan jika membutuhkan pertolongan. Kami juga membagikan reward kepada mereka, mereka juga sangat senang mendapatkan reward dari kami walaupun tidak mahal hanya jajanan saja. Tetapi mereka tetap senang. Saat proses penyusunan laporan kami berbagi tugas lalu dikumpulkan kemudian disepakati terlebih dahulu pada laporan kami ini. Akhirnya laporan dapat diselesaikan secara maksimal dan tepat waktu.